Kisah Miris dan Heroik Komodor Dewanto, Pilot Terbaik TNI AU yang Banting Stir Jadi Sopir Truk

Apron Liang, 18 Mei 1958. Kapten Udara Ignatius Dewanto tengah bersiap di kokpit P-51 Mustang. Pagi itu, dia ditugaskan menyerang pangkalan udara Aurev (Angkatan Udara Revolusioner, AU Permesta) di Sulawesi Utara.

Saat itulah, hanya beberapa saat sebelum Dewanto take off menuju Manado, sebuah berita memaksanya membatalkan serangan ke Manadodan harus mengarahkan pesawat ke Ambon karena kota tersebut dibom oleh B-26 Invader Aurev.
 
Ketika di udara, Dewanto mendapatkan Ambon mengepulkan asap di mana-mana. Puing-puing berserakan, menandakan baru saja mendapat serangan udara. Berputar sejenak, B-26 tak kunjung terlihat.

Pesawat kemudian diarahkannya ke barat. Ferry tank dilepas untuk menambah kelincahan pesawat. Dewanto terbang rendah. Berbarengan saat pandangannya tertumbuk ke konvoi kapal ALRI, sekelebat dilihatnya pesawat B-26.

Pesawat tersebut ternyata tengah melaju ke arah konvoi kapal. Dewanto terbang mengejar dan beruntung bisa menempatkan diri persis berada di belakang B-26. Walau sempat ragu karena posisi musuh tepat antara kapal dan dia,

Dewanto langsung melontarkan roketnya dan tembakan senapan mesin 12,7 mm pesawatnya.
Saat bersamaan, KRI Sawega, salah satu kapal dalam konvoi kapal ALRI, juga menembakkan senjatanya: Bofors, Oerlikon 12,7 mm, Water Mantle 7.62mm. Alhasil, B-26 yang diterbangkan seorang serdadu bayaran bernama Allen Lawrence Pope beserta juru radio Hary Rantung (bekas AURI), terbakar dan tercebur ke laut.

Bagi Dewanto, ketegangan belum berakhir. Saat dalam perjalanan pulang, Dewanto berpapasan dengan B-26 lainnya. Head on attack perang udara berhadap-hadapan tak terelakkan.

Dengan beraninya Dewanto menghujani B-26 yang diterbangkan Connie Seigrist, penerbang berkulit putih, dengan senapan mesinnya. Tidak ada pesawat yang jatuh dalam pertempuran udara kali ini, tapi kedua-duanya mengalami kerusakan pesawat yang cukup signifikan akibatnya.

Sekelumit kisah menegangkan yang dilansir dari wikipedia ini menggambarkan saat-saat Komodor Dewanto menembak pesawat Agen CIA saat operasi penumpasan PRRI-Permesta.

Bagi kita nama Komodor Dewanto mungkin tidak terlalu familiar. Siapa dia dan apa kiprahnya, mungkin tak banyak yang tahu. Tapi, bagi mereka yang berada di TNI AU, nama pria ini sudah seperti sosok hebat macam Bung Karno. Bagaimana tidak, ia adalah salah satu pilot terbaik yang pernah dimiliki oleh NKRI.

Komodor Ignatius Dewanto (lahir di Yogyakarta, Indonesia, 9 Agustus 1929 — 1970) adalah seorang tokoh militer Indonesia. Ignatius Dewanto lahir dari pasangan penganut Katolik yang taat, M. Marjahardjana dan Theresia Sutijem di Kalasan, Yogyakarta. Pemilik 16 Bintang Jasa ini, namanya diabadikan menjadi nama Auditorium "Graha Dewanto" di Pangkalan Udara Iswahyudi, Madiun. Dan beliau berhak menyandang gelar "ACE".

Di masa hidupnya dulu sang Komodor sukses mencatatkan hal-hal luar biasa yang tak semua penerbang bisa. Termasuk salah satunya adalah membuat pesawat CIA tersungkur lantaran bidikannya lewat pesawat Mustang. Tak hanya itu, ia pun tercatat memiliki jasa-jasa penting lainnya sehingga namanya pun semakin disebut-sebut.

Sayangnya, pada satu waktu, sang Komodor harus rela melepas semua atribut kebanggaan miliknya. Kemudian ia pun langsung banting setir menjadi supir truk. Sebuah hal yang sangat disayangkan tentu saja. Tapi, kemudian hidupnya membaik walau pada akhirnya ia meninggal dengan kecelakaan.

Awal Karir Militer
Dewanto memulai karir militernya dengan bergabung bersama Tentara Pelajar (TP) dalam kesatuan Slamet Riyadi. Sejak bergabung, karirnya melonjak cukup pesat sehingga ia dipercaya sebagai kepala regu.

Selanjutnya Dewanto dipindahkan ke Semarang, dan pada saat ada pengumuman penerimaan Staf Angkatan Udara, pria kelahiran 1929 itupun mendaftar. Setelah bergabung dengan AURI pada 25 Juli 1950, ia dikirim ke Amerika Serikat menjadi Cadet di sekolah penerbangan bernama Trans Ocean Airlines Oakland Airport.

Setelah lulus, Dewanto melanjutkan dinas sebagai instruktuktur di Sekolah Penerbangan lanjutan di Lanud Husein Sastranegara, Bandung.

Berhasil Menembak Pesawat Pilot Bayaran CIA
Pilot yang biasa disapa Wedono oleh presiden Soekarno (karena kumisnya lebat) ini, banyak dikenal setelah menembak jatuh pesawat B-26 yang dipiloti orang bayaran CIA di langit Ambon. Memang keahliannya dalam menerbangkan pesawat pemburu P-51 Mustang tidak pernah diragukan. Bahkan Dewanto sering disebut-sebut sebagai pilot terbaik Angkatan Udara. Semasa karirnya dalam menjadi pilot, Dewanto terkadang sengaja menerbangkan Mustang dengan ketinggian sangat rendah tanpa rasa takut.

Mencegah Perang Saudara (TNI AU dan RPKAD)
Selain keahliannya dalam menerbangkan pesawat, kemampuan diplomasi Dewanto pun tidak bisa dipandang remeh. Kemampuannya dalam bernegosiasi itulah yang kemudian dapat mencegah pecahnya pertempuran antara TNI AU dan RPKAD yang hendak memasuki Lanud Halim Perdanakusuma.

Mundur TNI AU Menjadi Sopir Truk
Setelah banyak hal yang dialaminya dalam mengawal negeri tercinta Indonesia, hal yang tak disangka-sangka terjadi. Tanpa ada alasan yang jelas, Dewanto dipaksa untuk mundur dari jabatannya sebagai perwira tinggi TNI AU. Hal ini terjadi saat terjadinya perubahan politik di era 1965, di masa pemerintahan presiden Soeharto. Tak lama sejak kemundurannya dari TNI AU, Dewanto menyambung hidup dengan menjadi sopir truk pengangkut buah dan sayur-mayur. Sangat disayangkan, seorang penerbang terbaik sekaligus Marsekal TNI AU harus menjadi sopir truk.

Meninggal saat Menjalankan Profesi Kebanggaannya
Selepas menjadi sopir truk, Dewanto kembali bekerja sebagai pilot pesawat sipil di Sabang Merauke Raya Air (SMAC). Dan pada sebuah penerbangan dari Medan ke Aceh, pesawat PA-23 Aztec yang diterbangkannya mengalami kerusakan mesin dan jatuh. Seluruh awak pesawat meninggal, termasuk dirinya. Sampai di hari terakhir kehidupannya, ia habiskan untuk menerbangkan pesawat. Sebuah hal yang amat dicintainya.

Jenazah Dewanto baru ditemukan delapan tahun setelah kecelakaan pesawat itu. Dan atas perintah dari presiden Soeharto, beliau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Selain itu, namanya diabadikan menjadi nama Auditorium di Pangkalan Udara Iswahyudi Madiun.(wikipedia/boombastis.com)
5 Consequences of Driving without Car Insurance Do you own a car? Great! Does your car also have a valid motor insurance cover on it? Owning a car, while earlier classified as being a luxury, has now moved down to being a comfort. In fact, in metros, a car has almost become a necessity due to long-distance commutes. More and more of us are, therefore, buying a car. But are we also buying the mandatory car insurance policy? Every car which is to ply on Indian roads should have a valid car insurance cover, states the Motor Vehicles Act, 1988. When you buy a new car, the choice of buying an insurance policy is, thankfully, taken out of your hands. The on-road price of the car is inclusive of the insurance premium for your car insurance policy. The problems arise when the policy expires after a year. Car insurance plans are usually issued for one year after which they should be renewed. If you do not renew it, you are driving a car without car insurance. If numbers are any indication, a study by New India Assurance revealed that about 70% of vehicles on Indian roads are without insurance. Is your car one among them? If yes, beware. Here are 5 consequences if you drive your car without having a valid Car Insurance policy: Be prepared to pay heavy fines Earlier, the Motor Vehicles Act, 1988 governed the road safety and traffic rules. Recently, the Government passed the Road Transport and Safety Bill 2014 to replace the Motor Vehicles Act, 1988. Among other changes, the Bill penalizes you heavily if you are caught driving without having a valid insurance cover. As per the amendments, you would have to part with a whopping Rs.25, 000 for a light motor vehicles or Rs.75, 000 for other motor vehicles as a fine for driving without insurance. A huge fine, isn’t it? Pay losses for damages caused to third party or property In an accident, if you unintentionally harm any person or surrounding property, you are liable to pay the loss incurred. This is called third party liability. Your car insurance mandatorily covers this third party liability and spares you the loss incurred. In the absence of a valid insurance cover, you would have to bear the losses incurred. If the person dies, your liability would be very high. Read more Is third party car worth buying? Pay losses for own damage While you have to compulsorily pay losses caused to a third party, what about your losses. In an accident even your vehicle suffers damage. The costs of repairs for such damage are borne by your comprehensive car insurance policy. Without insurance, the onus of paying for the repairs is on you. With the high cost associated with the repairs of your car, a financial strain is inevitable. Read more about All you need to know about car insurance Face legal complications Besides the financial loss suffered in an accident which causes damage to a third party and/or self, you would also be entangled in legal complications if your car is found without a valid insurance cover. You would be penalized, get a challan and might even be imprisoned. Loss of No Claim Bonus If your car insurance expires and you do not renew it, besides the penalties and fines, you also lose the No Claim Bonus which you accumulated in your existing policy. Car insurance plans allow a discount in subsequent year’s premiums if there is no claim in any current year. This discount increases every year and saves your premium outgo. If you let your car insurance policy lapse, you lose the accumulated NCB and end up paying a higher premium when the policy is consequently renewed. A car insurance policy is legally mandatory and not having one results in serious consequences (as mentioned above). While a third party liability cover is mandatory, a comprehensive policy is better. The former pays only for the damages caused to any third party but the latter also covers damages incurred by you and your car. The premium for a comprehensive policy is slightly higher because of higher coverage. For instance, the premium payable for a Maruti Ritz car registered in 2012 having a capacity of 1197cc would have a third party premium of Rs.2237 and a comprehensive premium of Rs.4200 (approximately). With a slight increase in the premium you can avail a higher coverage option which covers for your damages too. Since car repairs are expensive, a comprehensive policy makes more sense even if the premiums are a little high. So do not fall a victim to these consequences and buy an insurance policy for your car today.

0 Response to "Kisah Miris dan Heroik Komodor Dewanto, Pilot Terbaik TNI AU yang Banting Stir Jadi Sopir Truk"

Posting Komentar